“Tha,
cariin cowo donk. Aku bosen nih jomblo mulu” Pintaku pada Itha, sahabatku.
“Baru
juga kemaren putus sama Krishna, masak sekarang minta aku cariin cowo sih.
Introspeksi dulu kek” Jawab Itha.
“Iihh
kamu kok kayak ibu-ibu sih. Pake nyuruh aku instrospeksi segala”
“Hehehe.
Kidding say J. Iya deh ntar aku bantuin cariin cowo”
“Bener
Tha??” Tanyaku begitu serius.
“Iya”
Sambil membentuk tanda suer di tangannya.
Itha adalah sahabatku sejak kelas 1
SMA. Sekarang aku dan Itha sudah kelas 2 SMA, berarti persahabatanku dengannya
udah menginjak waktu 1 tahun. Itha adalah teman yang baik. Ya walau
kadang-kadang nyebelin juga sih. Hehe. Tapi itu kan wajar. Karena di dunia ini
ga ada yang bisa berjalan dengan lancar seperti di jalan tol. Selalu saja ada hambatan
ataupun rintangan.
Setiap malam aku selalu berdoa
kepada Tuhan agar dikirimkan seorang cowo yang baik. Yang pengertian dan tulus
sayang sama aku. Aku udah bosan seperti ini. Main-main dengan cinta. Selalu
saja aku yang disakitin cowo. Tuhan, apa salahku? Tapi walaupun begitu aku
harus tetap semangat. Hidup ini perjuangan. Aku ga boleh putus asa hanya
gara-gara masalah cinta. Masih banyak teman dan sahabat yang mau mengerti aku.
Iya, aku harus semangat. Begitulah aku setiap hari. Mencoba menyemangati diri
aku sendiri. Kalau bukan aku, siapa lagi?
“Arie,
aku udah ada target nih” Kata Itha membuka pembicaraan di kelas. Sudah bisa
ditebak, kami memang satu tempat duduk. Alis duduk bareng.
“Target
apa Tha?” Tanyaku tidak mengerti.
“Masak
kamu lupa sih? Kemarin kamu minta aku ngelakuin apa?” Itha balik nanya sama
aku.
“Oh
itu. Nyariin cowok buat aku kan?” Jawabku sambil nyengir
“Eh,
tapi beneran Tha kamu udah nemuin cowo buat aku? Kok cepet?” Tanyaku begitu
penasaran pada Itha.
“Iya.
Kemaren malam ga sengaja ada nomor nyasar di hapeku. Sempet sih kita sms-an
bentar. Dia bilang dia jomblo. Iya udah aku bilang aja kalau teman aku ada yang
jomblo. Dan dia juga mau kenalan sama kamu. Kalau ga salah namanya Satya. Aku
udah suruh dia buat sms kamu kok” Jelas Itha panjang lebar.
“Wah,
beneran Tha? Orangnya gimana? Ganteng ga? Terus sekolah dimana? Udah kelas
berapa? Dia darimana?” Tanyaku begitu bersemangat
“Aduuhh,
nanyanya satu-satu donk. Aku mana bisa jawab”
“Hehehe.
Maaf Tha. Aku begitu excited banget”
“Tapi
maaf Rie, aku juga ga tau orangnya gimana. Ganteng atau ga. Sekolah dimana.
Kelas berapa. Dia darimana. Aku ga bisa jawab semua pertanyaan kamu. Karena aku
ga tahu. Baru juga kemaren malam kita kenalnya”
“Iyaaahhh”
Jawabku lemas
“Hmmm,
tapi kayaknya itu tugas kamu deh. Kamu harus cari tahu siapa dia. Ok girl? Good
luck iya? Semangaaatttt!!!!” Itha menyemangatiku
“Siiippp
booozzzz”
Pulang sekolah aku begitu senang.
Berharap cowok yang dimaksud Itha sms aku. Kita kenalan, terus jadian deh.
Hahaha. Senangnya. Selamat tinggal status jombloku. Itha, thanks. Kamu emang
sahabat yang baik. Beribu-ribu thanks deh buat kamu. Saat malam datang,
tiba-tiba hapeku berdering tanda sms masuk. Aku segera membukanya dan berharap
itu sms dari Satya. Dan benar! Satu nomor baru masuk di hapeku ‘Hi, ini benar
temannya Itha kan? Namanya Arie’. ‘Iya. Ini siapa?’. ‘Ini aku Satya temannya
Itha’. Dan semenjak sms malam itu, kita jadi sering smsan. Aku dan Satya makin
dekat. Aku pun berniat menceritakan semua ini pada Itha. Aku berharap Satya
adalah cowok yang baik. Cowok yang tulus sayang sama aku. Keesokan paginya aku
cerita pada Itha.
“Tha,
kemarin Satya sms aku lho!” Kataku pada Itha membuka pembicaraan.
“Wah,
benarkah? Gimana, udah tau siapa dia? Maksudnya identitasnya gitu”
“Udah
donk. Dia bilang dia sekolah di SMA 4 kelas XII. Dia juga udah ngirim foto. Nih
orangnya” Sambil aku memperlihatkan foto Satya pada Itha.
“Ganteng
Rie! Beneran deh. Wah, hebat temanku dapat cowok ganteng. Nyesel aku ngasih dia
ke kamu. Kenapa ga aku aja ya. Dan kenapa aku mesti punya pacar saat ini”
“Ihhh
kamu kok gitu sih? Ga seneng ya aku dapat gebetan baru?” Tanyaku pada Itha yang
terlihat menyesal mengenalkan Satya padaku.
“Hahahaha.
Bercanda say. Aku senang banget kok. Mudah-mudahan aja pilihan aku tepat”
“Huft,
kamu membuat aku takut tau!”
“Hehehe.
Sorry say J”
“Aduuhh,
aku tu seneng baget tahu. Secara SMA 4 itu kan tempatnya orang-orang pinter.
Kira-kira Satya pinter ga iya?”
“Mana
aku tahu Rie. Kalau dia pinter kenapa? Kalau ga pinter kenapa?”
“Ga
sih pingin tahu aja. Kalau pinter, aku takut dia ngatur-ngatur aku. Orang
pinter kan cerewet. Kalau ga, berarti sama-sama bego dunk! Hahaha”
“Ada-ada
aja deh!”
Seperti biasa tiap malam aku selalu
menjalankan ritual yang sekarang sudah menjadi kebiasaanku. Yup, sms-an sama
Satya. Kira-kira hampir 3 minggu sudah Satya menemani hari-hariku. Dia mulai
menunjukkan perhatiannya ke aku. Nanya udah makan belom. Lagi dimana. Lagi
ngapain. Urgh, pokoknya seneng bisa diperhatiin sama Satya. Hingga pada suatu
hari, di dalam smsnya, Satya mengungkapkan perasaannya ke aku. Dia bilang dia
suka aku. Wah, aku semakin dibuat melayang oleh Satya. Aku pun menceritakan ini
pada Itha. Itha senang banget mendengarnya. Tapi sayangnya walaupun Satya udah
bilang perasaannya ke aku,tapi dia ga
nembak aku. Gimana donk? Masak iya aku yang nembak dia? Tengsin donk!
Aku kan cewek. Pokoknya aku bakalan nunggu sampai Satya nembak aku.
Makin hari hubungan aku sama Satya
semakin dekat. Walaupun kami tidak pacaran, tapi kami menikmati hubungan kami
kok. Aku dan Satya mungkin bisa dibilang ‘HTS or TTM’. Terserah kalian aja deh
menyimpulkannya seperti apa. Dan satu hal yang pasti, aku sayang Satya. Aku ga
berhenti berdoa semoga Satya adalah cowok yang baik. Yes, I hope.
Belum puas aku menikmati kebahagiaanku
bersama Satya, tiba-tiba cowok itu menghilang. Iya, Satya menghilang! 3 minggu
terakhir ini dia sama sekali ga ada kabar. Aku sms ga dibalas. Di telfon, ga
pernah diangkat. Apa mungkin dia sibuk belajar untuk mempersiapkan UN? Tapi
setidaknya dia kan harus bilang ke aku. Kalau memang dia ga ingin diganggu, ok
aku ga bakalan ganggu. Bukan malah menghilang seperti ini. Satya, kamu dimana?
Sempat terpikir olehku kalau Satya
selingkuh. Hubungan kami kan cuma HTS, jadi diantara kami tidak ada ikatan yang
sah. So, ini berarti dia bebas ngelakuin apa aja di belakangku. Tapi aku ga
rela Satya punya cewek lain. Aku benar-benar sayang sama Satya. Tuhan jangan
biarkan ini terjadi.
Sekarang, genap 1 bulan sudah Satya menghilang dari
aku. Dia benar-benar hilang ditelan bumi. Aku benar-benar ga tahu bagaimana
keadaannya sekarang. Hingga pada suatu hari, temanku Bella melihatnya di salah
satu supermarket bersama teman-temannya.
“Arie,
waktu ini aku sempat lihat cowok mirip Satya. Bukan mirip sih, tapi kayaknya
memang beneran Satya. Wajahnya persis sama seperti yang ada hapemu” Kata Bella
memberitahuku.
“Kamu
lihat dimana Bell?”
“Aku
lihat di supermarket. Dia lagi sama teman-temannya. Teman-temannya cowok kok.
Tapi kelihatannya teman-temannya itu udah dewasa. Bukan seperti anak SMA. Udah
kayak anak kuliahan gitu”
“Kapan?”
“3
hari yang lalu. Waktu itu kebetulan aku nganterin mamaku beli perabotan dapur”
“Thanks
iya Bell atas infonya”
“Iya.
Tapi kamu jangan murung gitu donk. Coba sekarang telfon Satya. Benar atau ga 3
hari yang lalu dia jalan ama teman-temannya”
“Iya
nanti aku coba tanyain Satya. Aku ke kelas duluan iya Bell”
“Iya.
Aku mau habisin bakso dulu. Hehe.”
Di kelas aku kepikiran Satya. Di
pikiranku hanya ada Satya, Satya dan Satya. Aku ingat akan perkataan Bella.
Kayak anak kuliah? Masak sih ga bisa bedain antara anak kelas 3 SMA dengan anak
kuliah? Tapi emang sulit sih ngebedainnya. Aduuhh, pusiiiinnggg mikirin hal
ini.
“Tha,
kamu ada di sms Satya ga?” Tanyaku iseng pada Itha.
“Ga
ada Rie. Gimana, Satya belum ada kabar juga?”
“Belum”
“Iya
udah sabar aja”
Malamnya
aku kembali menelfon Satya. Tapi tetap saja, dia ga pernah mau angkat
telfonnya. Coba pakek privat number, hasilnya sama-sama nihil. Apa sih
maksudnya dia bikin aku kayak gini. Keesokan paginya di sekolah, ada berita
yang amat sangat membuat aku terkejut.
“Bell,
ceritain yang sebenarnya ke Arie” Pinta Itha pada Bella.
“Cerita
apa sih? Kayaknya serius banget. Cerita donk aku udah ga sabaran nih” tanyaku
pada mereka berdua
“Begini
Rie” Kata Bella membuka pembicaraan
“Sebenarnya,
Satya itu bukan sekolah di SMA 4. Sebenarnya dia udah kuliah ambil jurusan
ekonomi di Unud. Kalau ga salah semester 4. Dan dia juga alumni SMA 1 Gyr. Jadi
kesimpulannya selama ini Satya udah boongin kamu. Boongin kita semua”
“Dari
mana kamu tahu?” Tanyaku begitu penasaran pada Bella
“Aku
punya kakak yang kuliah di FE Unud. Iseng aku nyuruh kakakku untuk sms Satya.
Aku kasih nomor Satya ke kakakku. Aku bilang kalau nomor itu udah neror aku
biar kakakku percaya”
“Terus?”
“Terus
besoknya kakakku ke rumah aku dan jelasin semuanya. Satya juga teman kakakku
kok. Disitu aku jujur sama kakakku tentang Satya. Satya bukan neror aku. Tapi
dia sms kamu. Kakakku ngerti dan nyuruh aku buat ngasih tahu kamu”
“Wow.
Very very interesting!! It’s amazing! Satya is the best liar! Dia memang artis
yang pinter banget memainkan perannya. Salut aku sama dia”
“Arie
sabar. Ambil hikmahnya saja” Kata Itha mencoba menasehatiku.
“Awalnya
aku ga mau bilang ini ke kamu. Tapi demi kebaikanmu, akhirnya aku memutuskan
untuk bilang ke kamu. Biar kamu ga terlanjur sayang sama dia” Tambah Bella
lagi.
“Aku
berterimakasih banget sama kamu Bell. Coba kalau kamu ga bilang, mungkin saat
ini aku masih menunggu kabar dari cowok brengsek itu. Satya, benar-benar ga
nyangka aku sama dia. Ini kejutan yang ga pernah aku lupakan seumur hidupku”
“Iya
Rie. Aku minta maaf ya. Aku ga ada maksud buat kamu sakit hati. Aku ngelakuin
ini karena aku peduli sama kamu” kata Bella yang merasa bersalah padaku
“Bell,
yang buat aku sakit hati tu Satya. Bukan kamu. Udah kamu tenang aja. Senyum
donk biar aku ngga merasa bersalah sama kamu”
“Hehehe.
Iya deh. Nih aku senyum sekarang J”
“Sekarang
aku akan tutup rapat-rapat kisahku tentang si pembohong itu. Akan aku jadikan
pelajaran dalam hidupku. Aku akan instrospeksi dulu. Dan mungkin ke depannya
aku memutuskan untuk ngga pacaran dulu”
“Kalau
menurutmu itu yang terbaik untuk kamu, kita pasti dukung kok. Kalau kamu butuh
teman curhat, jangan lupa, kita masih setia di sampingmu. Okay say J??” kata Itha padaku
Kami
bertiga pun berpelukan. Tuhan, terimakasih engkau telah menunjukkan siapa Satya
sebenarnya. Sekarang aku sadar, segala sesuatu yang dilakukan dengan cepat atau
kilat, akan berdampak buruk ke depannya. Semuanya harus di pikir matang-matang.
Dan satu hal lagi, tidak ada yang instan di dunia ini. Semuanya butuh proses.
Because life is process.
By : Thyra Cidaha ^.^